Senin, 14 Februari 2011

Buah Nangka Durinya Berduri

Assalamu’alaikum wr.wb.


Baca percakapan berikut ini :
Cowok : Neng kamu capek gak?
Cewek : Hah? (bingung)
Cowok : Soalnya eneng berlari-lari terus di pikiran abang
Cewek  : Lho kok bisa?
Cowok  : Iya eneng.. neng mau gak jadi someone nya akang?

Cieee… Kata-kata seperti ini emang sering banget kita dengar. Gombal. Itulah sebutannya. Kalau membaca ini, pasti ada yang tersipu-sipu malu, bayangin yang so sweet so sweet atau bahkan ada yang langsung muntah? Hehe.

Nah.. nyatain cinta itu emang butuh waktu yang tepat (detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan, tahun, usia, dkk)

Oke-oke, tradisi yang juga semarak berkembang di Indonesia adalah tradisi tentang Valentine, khususnya buat para remaja.

Yaps -14 Februari-

Kita pasti tau, menjelang tanggal itu, saat tanggal itu, dan beberapa hari setelah tanggal itu, di pelosok Indonesia bisa kita temukan barang-barang yang identik berwarna pink. Bunga mawar, kartu ucapan dan juga makanan wajibnya, si coklat yang manis itu tuh…

Kita biasa menyebut hari itu dengan sebutan Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang. Hari kasih sayang sangat di tunggu-tunggu khususnya para remaja. Sebab, konon nih pada hari itu, adalah hari yang tepat untuk mencari pasangan.

So, what the hell?

Oke. Apa kalian juga merayakannya? Ya.. mungkin ada yang merayakannya, tapi mungkin juga ada yang tidak merayakannya. Sebelumnya, udah pada tau kan sejarahnya hari valentine? Atau ada yang lupa? Atau mungkin, yang sekarang udah lupa tapi dulu emang belum tau .. hehehe

Banyak versi sejarah hari valentine. Hari Valentine dikaitkan dengan kematian seorang matyr (dalam islam disebut Syuhada) yang bernama Santo Valentine pada tanggal 14 Februari.

Dia meninggal karena menentang Kaisar Calaudius II. Masih belum jelas apa yang menjadi pertentangannya dengan Kaisar Calaudius II. (Duh jadi bingung)

Ada yang mengatakan kematian St. Valentine terjadi karena dia berani menyatakan bahwa Tuhannya adalah Isa Al-Masih serta menolak tuhan-tuhan Romawi.

Ada juga yang mengatakan karena saat itu, St Valentine berani menikahkan dua pasangan pengantin. Padahal saat itu Kaisar Calaudius II menghindari terjadinya pernikahan diantara rakyatnya untuk merekrut sebanyak-banyaknya tentara.

Truss,

Menurut tradisi Roma Kuno, bulan Februari dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Puncaknya tanggal 15 Februari, diadakan upacara keagamaan atau penyembahan kepada Dewa kesuburan di Roma Kuno. Nama Ritual itu adalah “Lupercius”

Namun, setelah masuknya agama nasrani di Roma. Penduduk Roma pun mulai beradaptasi dengan agama nasrani. Ritual-ritual romawi pun di kaitkan dengan agama nasrani. Termasuk ritual “Lupaercius” yang akhirnya dikaitkan dengan peringatan kematian St. Valentine.

Nah, tentunya sejarah itu nggak ada hubungannya dengan tradisi Islam. Apalagi kalau kita masih pelajar, mau cari pasangan hidup? Buat apa? Hehe ..

Sebagai seorang muslim, ayo kita bertanya pada diri sendiri. Apa kita akan mencontoh tradisi yang bukan bersumber dari Islam?

 Ayo kita renungkan ayat Al-Qur’an dibawah ini :D

“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)

Juga yang ini.

"Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku". (Surah Al-Kaafirun : 6)

Nah… sebagai seorang muslim, kita emang harus fleksible. Tapi juga harus tau tradisi yang mana yang bisa di ambil atau yang nggak :D
Kalau hari Valentine nggak ada hubungannya dengan tradisi islam, kenapa kita masih juga merayakannya? Nggak usah aja ya .. hehe :D

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua..

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jumat, 05 November 2010

SEJARAH SINGKAT PII



Prendsss... are you ngerti about PII???

PII itu kepanjangan dari Pelajar Islam Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 MEI 1947 di kota Gudeg, Jogjakarta. and pendirinya adalah Bpk. Yosdi Ghozali, Bpk. Anton Timur Jaelani, Bpk. Amien Syahri, dan Ibrahim Zarkasy.

Prendsss... tau nggak sih ... kenapa dulu PII didirikan?
Ceritanya, saat itu tuh ada dualisme dalam sistem pendidikan dikalangan umat Islam Indonesia yang merupakan warisan kolonisme Belanda, yakni pondok pesantren dan sekolah umum. Dulu tuh masing-masing dianggap memiliki orientsai berbeda. Pondok pesantren berorientasi ke akhirat sementara sekolah umum berorientasi ke urusan duniawi. Akibatnya pelajar Islam juga terbelah menjadi dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan. Santri pondok pesantren menganggap sekolah umum merupakan sistem pendidikan orang kafir karena merupakan produk kolonial Belanda. Hal ini membuat para santri menjuluki pelajar sekolah umum dengan sebutan "pelajar kafir". Sementara pelajar sekolah umum menjuluki pelajar pndok pesantren dengan sebutan "santri kolot" atau santri "teklekan". 
Pada saat tu tuh telah ada organisasi 
Pada saat tu telah ada organisasi yg bernama Ikatan  Pelajar Indonesia (IPI). BUT organisasi ni tdk mampu mengakomodasi aspirasi santri, sehingga tdk dapat mempertemukan dua kelompok yg bertentangan ni. Menyadari realitas sosial ni, ketika itu ada seorang pemuda Islam yg bernama Yoesdi Ghozali yang melakukan iktikaf di Masjid JogJakarta pada tanggal 25 februari 1947 mendapat ILHAM untuk mendirikan suatu organisasi yg dpt mengakomodasi Pelajar Islam baik dari pesantren maupun sekolah umum. Gagasan ini kemudian disampaikan di SMPN 2 Secodiningrat Yogyakarta. Teman-temanya yang menghadiri pertemuan itu adalah Anton Timur Djaelani, Amien Syahri, Ibrahim Zarkasy juga semua audiends menyetujui untuk mendirikan suatu organisasi untuk pelajar muslim yang akan menampung pejar sekolah umum dan pesantren.
    Kesepakatan ini kemudian diprensentrasikan dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) pada tanggal 30 Maret s.d 1 April 1947. Mayoritas dari peserta kongres menyutujui gagasan tersebut. Bahkan Kongres tersebut kemudian menetapkan untuk menggabungkan divisi/bidang kepelajaran dari GPII ke dalam PII. Selain itu peserta  kongres juga diminta untuk membantu dan memudahkan pendirian cabang-cabang PII di seluruh Indonesia.
    Sebagian tindak lanjut dari Kongres, diadakanlah suatu pertemuan di kantor GPII di Jalan Margomulyo 8 Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Pertemuan ini dihadiri oleh Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, dan Amir Syahri mewakili Divisi Kepelajaran GPII, Ibrahim Zarkasy, Yahya Ubaed mewakili Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi (PERKISEM) Surakarta, dan Dida Gursida dan Supono NA mewakili Organisasi Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta. Pertemuan yang dipimpin oleh Yoesdi Ghozali ini menetapkan berdirinya suatu organisasi yang diberi nama Pelajar Islam Indonesia (PII) pada pukul 10.00 tanggal 4 Mei 1947.
    Untuk memperingati moment pendirian PII maka pada tanggal 4 Mei diperingati sebagi hari kebangkitan PII, yakni sebagai kebangkitan dari gagasan yang sudah terakumulasi sebagai reflex dari realitas sosial yang ada.